Saturday, November 1, 2014

Perjalanan Badega Gunung Parang (Bagian Pembuka)

Jika bertutur tentang Badega Gunung Parang, kita bertutur tentang keikhlasan dan kesabaran untuk sebuah gunung batu terbesar di Asia Tenggara.

Bersama Bupati Purwakarta, Bp. H Dedi Mulyadi SH

Beragam perjalanan hidup ada disini mulai dari petani, pengangguran, pekerja non formal ataupun profesional, mantan preman, sopir truk, buruh pabrik, pejabat, pensiunan semua dengan satu tujuan!

Menjaga dan dijaga Gunung Parang untuk masa depan kelak, bukan untuk hari ini tetapi untuk masa depan.

Disini beragam profesi dan latar belakang berkumbul mengolah rasa dan asa di Badega Gunung Parang

Ini bukan tempat wisata yang sekedarnya, ini tentang sebuah akumulasi perjalanan puluhan tahun bahkan ratusan tahun, yang akhirnya membuncah di akhir tahun 2013. Dan jika dihitung oleh para leluhur tahun itu berjumlah 5 (lima) sesuai dengan shalat 5 (lima) waktu yang menjadi pilar dasar agama Islam.

Dan amanah pun di emban dengan keikhlasan dan kesabaran

Di Badega Gunung Parang, semua orang terus belajar tentang kehidupan dan budaya yang berkelanjutan, mengolah rasa dan asa, menyatukan jiwa dengan seluruh isi alam dan pemilik Nya.
Dan akhirnya hanya tinggal memilih sisi hitam atau sisi putih, sudah tidak ada lagi abu-abu disini, karena para leluhur sudah memilihkannya untuk kita disini, memilih masa depan masing-masing.

Ketika Amanah diemban, maka seluruh konsekuensinyapun di tanggung

Ketika ramalan para leluhur satu persatu mulai membuncah, dan seluruh 'Dangiang' bersimpuh kembali di Gunung Parang, maka kesabaran dan keikhlasan kembali diuji pada titik nadir para Badega Gunung Parang.

Suka atau tidak suka, kita menerima dan mengemban amanah para leluhur dan para dangiang yang ada disini untuk menjaga dan dijaga Gunung Parang, dalam pertempuran hawa nafsu duniawi yang tiada habis.

Dari yang tua dan yang muda menyatukan asa dan rasa di Badega Gunung Parang

Tidak dapat dipungkiri, ketika Badega Gunung Parang mulai membuka tirai kelambu penutup Gunung Parang ke seluruh dunia, beragam konsekuensipun mau tidak mau harus siap ditanggung.
Beragam penyakit hati dari yang positif sampai dengan yang negatif, menghujam lurus ke arah para Badega.

Namun dibalik semua ini, ada sisi lain yaitu Gunung Parang mulai menjejakkan pengaruhnya di bumi dan mengenalkan dirinya ke pentas dunia, dan mulailah menarik para pemerhati yang sebelumnya tidak pernah memikirkannya.

Bersama-sama Mengantar Gunung Parang ke pentas dunia

Orang dari beragam pelosok menghampirinya, ada yang berniat baik dan tulus, ada yang berniat mengeksploitasinya, ada yang berniat menggagahinya, semua nafsu duniawi mengitari Gunung Parang, seperti semut yang mengitari gula, sungguh manis.

Menjaga dan Dijaga oleh Gunung Parang (kutipan wejangan H. Dedi Mulyadi SH, Bupati Purwakarta)

Namun kami dengan kerendahan hati dan jiwa selalu berdoa atas nikmat dan amanah yang harus diemban ini.
Berat memang, tetapi harus kami tanggung semua konsekuensinya, baik pahit ataupun manis.
Karena sesungguhnya Gunung Parang akan memilih, bukan untuk dipilih, yang terbaik untuk anak cucu kita di masa depan.

Bale Semah tempat berkumpul para Badega Gunung Parang

Dan di Badega Gunung Parang semua hawa nafsu, keserakahan, emosi, ditanggalkan, dan kita telanjang dalam lautan rasa dan asa.

Babak baru tentang perjalanan kita pun dimulai